December 2, 2008
Sistem CRM Fujitsu sebagai kunci visi strategi ENERGEX
ENERGEX adalah salah satu perusahaan terbesar Australia yang menyalurkan listrik ke sebuah populasi sebesar 2,8 jt di Queensland Tenggara. Perusahaan ini memiliki fokus kuat pada komunikasi pelanggan, hasil akhir lingkungan yang positif dan keamanan komunitas.
Customer Relationship Management (CRM) muncul sekitar tahun 1990-an. Banyak cerita sukses dan kegagalan. Kegagalan biasanya terjadi karena perusahaan gagal membuat tujuan tingkat korporasi untuk inisiatif CRM demi menciptakan basis aset pelanggan. Sebab kegagalan yang lain adalah tidak bisa menyatukan strategi untuk membangun keterampilan bisnis baru.
CRM sekarang sudah tidak lagi terbatas pada front-office. Saat ini, CRM menyangkut proses bisnis dan semua poin penting perusahaan. CRM adalah inisiatif strategi bisnis yang difokuskan pada memaksimalkan keuntungan pelanggan melalui model bisnis perusahaan secara menyeluruh.
Implementasi CRM oleh Fujitsu pada ENERGEX
ENERGEX menjadi salah satu perusahaan energi terbesar yang menyalurkan listrik, gas dan servis. Menghadapi basis pelanggan yang semakin besar dan harus dilindungi ENERGEX membuat respons strategis. Respon strategisnya, mengimplementasikan solusi manajemen pelanggan terbaik, berdasarkan GTX dari Graham Technologies (UK). Tantangan yang dihadapi dalam implementasi ialah mengoptimalkan pelaksanaan customer service dan membangun peluang bisnis baru.
Manfaat yang didapatkan dari implementasi CRM di ENERGEX :
– Meningkatkan customer service ENERGEX dengan menyediakan tujuan kontak tunggal
– Menciptakan peluang bisnis baru dengan memberikan kesempatan pada ENERGEX untuk mengembangkan kualitas dan jangkauan jasanya
– Memungkinkan ENERGEX untuk mengadaptasi perubahan bisnis dengan mulus dan cepat
– Memfasilitasi interaksi tidak terlihat dengan organisasi lain
Penerapan EIS di Thailand
Thailand sedang berkembang pesat pada dekade terakhir. Namun, belakangan, Thailand menghadapi persaingan ketat dari negara-negara kompetitor seperti Cina & Vietnam. Industri Thailand harus segera memperbaiki diri dan beradaptasi dengan lingkungan kompetisinya.IT adalah senjata strategis untuk sebuah industri melawan kompetitornya. Executive Information System (EIS) adalah sebuah perkembangan terbaru dalam teknologi sistem informasi. Mentransfer teknologi ini menghadapi keterbatasan pengetahuan dan juga hambatan budaya karena EIS awalnya berkembang di budaya barat
EIS sendiri merupakan sistem komputerisasi yang menyediakan akses mudah ke informasi dari dalam maupun luar yang relevan bagi para eksekutif. Karakteristik EIS termasuk pengguna eksekutif secara individual, mengeluarkan, menyaring, compressing dan menelusuri jejak data kritikal.
Pengaruh kultur Thailand pada perkembangan EIS :
– Power distance
Terkait dengan tingkat sentralisasi dari otoritas dan tingkat kepemimpinan. Kultur Thailand termasuk high power distance. Hal itu mempengaruhi struktur tim pengembangan EIS. Anggota tim biasanya termasuk kepala bagian unit bisnis dalam organisasi sementara system analyst dan developers dianggap pekerja teknis.
– Collectivism
Masyarakat Thailand dikarakteristikkan sebagai masyarakat yang kolektif. Orang yang memiliki hubungan kuat akan lebih di dengar pendapat nya dalam tim pengembangan EIS. Manager juga akan enggan menggunakan pendekatan outsourcing karena kultur ini dan akan lebih memercayai orang “dalam”nya sendiri. Keberhasilan tim pengembangan EIS bergantung pada kemampuan tim untuk membaur dan bekerja sama sebagai satu tim
– Uncertainty avoidance
Masyarakat Thailand cenderung tidak nyaman dalam situasi ambigu dan resiko yang tidak diketahui. Manager Thai mengelola bisnis mereka dalam situasi ekonomi dan politik yang berubah-ubah, hal ini menyulitkan untuk pengembangan sistem. Sistem membutuhkan revisi fundamental yang cepat dan metodenya harus dapat mengimbangi perubahan yang cepat. Ketidakpastian tinggi membuat manager Thai lebih fokus pada jangka pendek bukan pada rencana strategis.
– Thai language
Secara virtual, semua data disimpan dalam bentuk teksThailand dengan abjadnya sendiri. Hal ini menjadi rintangan yang besar bagi pengembangan EIS mengingat semua software pada umumnya menggunakan bahasa Inggris. Saat ini, semua data harus diterjemahkan dahulu ke bahasa Inggris sebelum menggunakan EIS
Apa yang dilakukan seorang sistem analis?
Sistem analis adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan sistem informasi dalam suatu organisasi; ia juga berperan sebagai arsitek dan pemimpin dalam sebuah sistem informasi.
Pekerjaannya meliputi desain dan modifikasi sistem dengan menerjemahkan kebutuhan pengguna menjadi seperangkat spesifikasi fungsional yang adalah garis besar sistem serta mengembangkan solusi untuk permasalahan pengguna, menentukan kelayakan teknis dan operasional solusi yang ditawarkan juga mengestimasi biaya untuk mengimplementasikan solusi tersebut.
Tahap-tahap yang biasa dilakukan system analyst pada umumnya ialah sebagai berikut :
– Bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan untung-rugi pengimplementasian computing solution
– Membuat definisi SI berdasarkan kebutuhan organisasi
– Bekerja sama dengan ahli TI lain untuk masalah networking dan kebutuhan perangkat keras
– Memperhatikan keuangan dan anggaran
– Membuat dan mendokumentasikan desain sistem umum berdasarkan permintaan klien
– Menegosiasikan pilihan dengan klien
Apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang system analyst?
– Perpaduan seimbang pengetahuan bisnis dan teknis
– Kemampuan mewawancara
– Keterampilan analitik
– Pemahaman yang baik tentang perilaku manusia
Hal-hal ini dibutuhkan mengingat system analyst harus berinteraksi dengan pengguna, mengerti permasalahan yang mereka hadapi dan juga dapat mengatasinya.
Barcode 101
Barcode adalah sebuah representasi data optikal yang dapat dibaca oleh mesin.
Ide pertama kali muncul ketika Bernard Silver, seorang mahasiswa di Philadelphia Drexel’s Institute of Technology tidak sengaja mendengar pembicaraan seorang pengusaha dengan dekan. Isi pembicaraan itu ialah permohonan pengusaha agar institut tersebut mau melakukan riset untuk mencari teknologi yang dapat menangkap informasi produk secara otomatis saat produk keluar.Dekan institut tersebut menolak permohonan tersebut, namun Silver terinspirasi dan menceritakannya pada Joseph Woodland. Bernard Silver lalu bekerja sama dengan Joseph Woodland dan akhirnya mereka menciptakan cikal bakal barcode hari ini. Penemuan mereka berbentuk linear bar code, menggunakan elemen dua teknologi yang telah ada yaitu soundtrack and Morse code. Setelah penemuan itu, bar code dan teknologi membacanya mengalami banyak penyempurnaan sampai hari ini.
Barcode dibuat dengan berbagai standar kode, contohnya:
– UPC (Uniform Product Code) version A : di toko ritel untuk checkout penjualan
– UPC (Uniform Product Code) version E / Zero suppressed : untuk barang-barang kecil seperti kaleng soda, rokok & permen
– EAN (Europe Article Numbering) 13 : terdiri atas 13 karakter, digunakan di sebagian besar negara kec. AS & Kanada
– ISBN (International Standard Book Number) : memasukkan harga buku dalam barcode (5 digit terakhir)
– Code 39 (Code 3 of 9) : biasanya digunakan dalam aplikasi militer dan kesehatan
Di Indonesia, kita menggunakan EAN 13. Kode negara untuk Indonesia adalah 899.